Sabtu, 08 Juni 2013

Hujan





Angin berhuru hiri
Pohon bergoyang-goyang bak biduan di panggung hiburan
Gerimis terperangkap di jendela kamar
Langit menggelegarkan emosi
Meluapkan air mata
Memecah kebisingan bumi
Bumi menjadi basah 
Semua berlarian, mencari tempat berteduh
Hujan yang menghujam bumi kali ini tak begitu manis bagi mereka yang tak menginginkan kedatangannya
Namun, terasa sangat manis bagi mereka yang telah menanti kedatangannya sepanjang tahun.
Hujan yang dirindukan, akhirnya menyapa, membelai hati-hati mereka yang tandus. 


08/06/13

Kamis, 06 Juni 2013

Keserakahanku


30/05/13


Aku hanya perlu mengendap, melirik, membidik, lalu mencuri secarik darinya...
Secarik  ???
Aahh.. ku pikir terlalu banyak
Tidakkah aku terlalu serakah  ?
Tidakkah terlalu ku buat jelas bahwa ku ingin  secarik miliknya...?
Jika begitu setitik saja.
Akhirnya ku miliki setitik.
Setelah ku miliki setitik, ingin ku miliki 2 titik...
Dengan cara yang sama ku miliki 2 titik.
Setelah ku miliki 2 titik, lalu aku ingin 3, 4, dan 5 titik.
Dengan kelicikanku, ku miliki 5 titik.
Aku kian gelap
Keserakahanku makin membuncah
Pikirku makin sesat
Jalanku yang begitu mulus mencuri miliknya,,, membuatku selalu menginginkan lebih...
Aku percaya diri
Aku tak melirik dan membidik diam-diam
Apalagi mengendap-ngendap itu bukan gayaku lagi
Telah ku angkat bahu, lalu mendongak
Aku begitu percaya diri dan semakin serakah...
Jika Tuhan membuat segalanya mudah bagiku
Mengapa tak ku rengkuh seutuhnya saja miliknya ?
Tak butuh waktu lama dengan segala siasat busukku
Akhirnya ...
ku dekap seutuhnya miliknya
ku rengkuh semua miliknya
ku curi miliknya
ku miliki miliknya




Pintu itu..




Rasanya baru kemarin aku berdiri menunggu didepan pintu itu.
Telah cukup lama rupanya. Dipagi hari, aku masih begitu tegap menunggu,
Matahari meninggi, aku mulai nyender di dinding, matahari beranjak merapat ke ufuk barat, aku kadang jongkok sesekali. ketika matahari telah kembali keperaduannya aku mulai selonjoran di lantai atau pun bertelentang kaki. Yah Sedikit melelahkan, namun aku senang melakukannya. Keesokan hari, aku masih menunggu di depan pintu itu, pekan kedepannya aku masih menunggu, bulan depan aku tetap menunggu. Sampai akhir tahun aku masih tetap menunggu di depan pintu itu, menunggu pintu itu terbuka untukku.
Banyak bisikan yang menggema dikupingku,,, sayup-sayup terdengar menyuruku untuk mengetuk pintu itu, entah sang pemilik akan membuka pintu itu, mengabaikanku, atau mungkin menendangku jauh-jauh dari pintu itu. Namun lebih terdengar nyaring bisikan yang menyuruhku untuk meninggalkan pintu itu.
sedikit pun aku nyaris tak goncang dengan bisikan-bisikan yang belakangan menghujam kupingku. Aku bermasa bodoh dengan bisikan-bisikan nyaring itu. Aku masih memilih saran bisikan sayup-sayup, meski sayup namun membuat beton hatiku makin gigih untuk terus menunggu. Lalu Ku lakukan lagi rutinitasku menunggu , menunggu dan menunggu di depan pintu yang tak kunjung terbuka untukku.
Bisikan-bisikan yang beberapa waktu lalu kemudian padam redam. Kupingku pun adem ayem. Bertahun-tahun berlalu tak pernah lagi ku dengar bisikan-bisikan nyaring itu. Aku semakin tenang menunggu, harapanku pun masih sama, nyaris tak ada yang berubah. Semuanya masih sama seperti dulu saat aku mulai berdiri untuk pertama kali di depan pintu itu. Aku tak berubah pada pintu itu sepeti matahari yang terbit dan tenggelam setiap hari.
Hingga tahun ke-8 aku masih menunggu di depan pintu itu.
Ditahun ke-8, entah aku lelah atau bahkan telah mulai gonjang menunggu di depan pintu yang tak pernah memberi kejelasan padaku, membukakanku pintu lalu menyuruhku untuk tak keluar lagi atau  menghempasku jauh-jauh dari pintu itu. Sekali saja ku dengar bisikan dari balik pintu itu maka akan ku kabulkan.
Ditahun ke-8 aku mulai risau bahkan sangat risau
Lalu ku putuskan untuk mengetuk pintu itu, aku sudah tak peduli lagi apa yang akan terjadi setelah ku ketuk pintu. aku benar-benar mengetuk pintu itu, ku ketuk sekali dengan sangat pelan tak ada respon, mungkin penghuni kamar tak mendengarnya, ku ketuk untuk kedua kalinya dengan agak keras masih tak ada respon, entah penghuni kamar tak mendengar atau mungkin menutup kuping dan hati padaku, pada ketukan ketiga aku mulai tak semangat dan alhasil pun masih tetap sama tak ada respon.
Ditahun ke-8 akhirnya aku benar-benar lelah menunggu di depan pintu itu.
Dan ku akhiri rutinitasku menunggu sepanjang hari, sepanjang waktu selama 8 tahun belakangan. Awalnya begitu berat, begitu sulit untuk tak menghiraukan pintu itu lagi, menutup lembaran tentang pintu itu. Lalu ku pikir suatu saat aku pasti akan lupa dengan pintu itu. Aku belajar banyak dari pintu itu, karenanya aku mengerti tentang ketulusan, keteguhan, dan membuatku paham bagaimana rasanya pergi dari pintu yang tak pernah terbuka.  Yah sesuatu yang ku mulai dengan sendirinya dan kuakhiri dengan sendirinya. Itulah Seutas celotehku tentang pintu itu.